"Jika tidak ingin capek, jangan jadi guru"
Begitulah kira-kira kalimat yang selalu melecutkan semangatku untuk terus belajar. Yah, guru itu pekerjaan yang melelahkan. Tapi jika dinikmati prosesnya lelah itu akan tercatat lillah.
Gambar : sebagaian sertifikat yang di peroleh saat pandemi
Jadi begini, aku adalah seseorang yang merasa beruntung karena Allah membelokkan jalan hidupku. Tidak lurus dan mulus melainkan berliku. Tak seperti orang lain yang lulus kuliah keguruan kemudian langsung menjadi guru.
Hidupku nano-nano. Tapi sungguh tak pernah disesali. Aku bersyukur proses pendewasaanku panjang dan melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan. Itu membuat aku lebih menghargai peluang dan menghargai proses serta orang yang berjuang bersamaku.
Sebelum jadi guru, aku pernah merasakan menjadi seorang buruh. Maka ketika aku melihat kondisi terkini yang menyakiti begitu banyak hati. Aku bisa merasakannya karena pernah ada di posisi itu sampai puncak. Karena pernah bergabung di pengurus serikat buruh.
Aku mahasiswa keguruan yang tak menyelesaikan studinya. Melepas mimpi dengan deraian air mata dan kesakitan jiwa dan raga. Lalu terlunta di kota awam demi untuk bertahan hidup. Menjadi buruh pabrik dengan segala suka dan duka. Beruntung mempunyai teman-teman rasa saudara.
Lalu Allah mengirimkanku pendamping hidup yang memutar haluan hidupku lagi. Kembali pada titik di mana aku berhenti dulu. Menjadi guru, melanjutkan kuliah dengan kondisi berbadan dua. Mengikuti ujian pengendalian mutu pasca operasi caesar. Lalu diwisuda saat anak balita.
Malu. Ya, aku malu pada teman-teman kuliahku di UPI dulu. Malu pada guru-guru SMA yang bertanya kenapa aku tidak lulus di Universitas negeri tempat aku diterima tanpa tes dan antrian panjang. Aku salah satu siswa yang beruntung saat itu.
Tapi Allah lebih sayang padaku. Allah ingin jalanku tidak semulus ekspektasi. Aku menghilang karena malu. Aku di dera rindu pada sahabat yang memperjuangkanku tapi aku belum bisa membuka diri.
Tibalah saat sahabat memanggilku kembali untuk masuk komunitas alumni. Masih insecure dengan potensi diri. Aku bukan PNS seperti mereka. Karirku tidak sebagus mereka. Tapi aku coba memantaskan diri menjadi guru pembelajar.
Aku meracik diriku menjadi sosok yang merasa pantas untuk menjadi guru. Menyamakan frekuensi dengan kebutuhan siswa-siswiku. Bukan karena merasa mampu dan hebat. Tapi untuk membalas kegagalanku menaklukan kesempatan dulu.
Mungkin usia tak lagi muda. Tapi aku merasa masih perlu banyak belajar. Kapan saja, di mana saja dan dengan siapa pun. Setiap peluang harus ku ambil.
Satu hal yang harus kuperjuangkan setelahnya adalah konsekuensi. Setiap langkah punya jalan ceritanya masing-masing, maka aku harus bertanggung jawab atas pilihanku.
Ketika aku menceburkan diri jadi guru, maka aku harus jadi guru profesional yang harus mau terus belajar. Ketika aku memutuskan untuk jadi seorang penulis, maka aku pun tidak boleh setengah-setengah. Lalu ketika Allah mempertemukan ku dengan seorang blogger yang mau membimbingku, maka aku pun tak boleh menyia-nyiakannya.
Bukankah jalan Allah saling mendukung untuk tujuan utamaku.
Menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lebih banyak orang, melalui lingkungan, tulisan dan media digital yang tentunya merupakan wahana untuk menjangkau lebih banyak orang.
Ke depannya semoga ada yang mau mengajakku kerjasama menulis buku ajar. Menawariku mengisi seminar parenting, motivasi dan pendidikan. Memberdayakan blogku lebih bermanfaat. Dan mengajar mahasiswa di salah satu universitas. Mimpi boleh kan? Hahaha. Setelah skala prioritasku tuntas tentunya menyelesaikan program magister.
Aku guru pembelajar, aku guru penulis. Satu hal yang pasti, aku seorang istri dan ibu bagi anak-anakku. Dengan waktu dua puluh empat jam sehari, semoga aku tak mendzolimi siapa pun. Terutama waktu untuk keluarga yang menjadi pondasi untuk seluruh kegiatanku.
Semoga menginspirasi.
Tulisan ini didedikasikan untuk orang-orang yang membersamai langkahku. Terimakasih karena mau mengenalku dan mengajarkanku arti hidup, persahabatan dan pembelajaran.
Guru dan sahabat SMANCIS Lulusan 2002
Sahabat-sahabat UPI angkatan 2002
Teman-teman di Tsuzuki & Asama Karawang
Komunitas Guru Belajar Sukabumi
Komunitas ODOP
Komunitas FLP Kota Sukabumi
Komunitas Blogger Sukabumi
Daebak! Katanya kalau guru itu capek dua kali. Capek mikir iya, capek pisik juga iya. Karena ketika semua tercurahkan untuk mengajar, lelah pikiran, fisik juga jadi ikutan lelah.
BalasHapusSeringnya malah tugas sekolah masih kebawa ke Rumah kan, duh pokoknya amazing deh yang sekarang jadi Guru. Semoga berkah, soalnya aku tahu dari Istri yang juga guru. Kalau masih ada guru yang gajinya kecil banget. Malah sering habis dipakai ongkos ngajjar.
Guru adalah orangtua keduaku.
Iya bisa dibilang begitu kang. Namun, insyaalloh keberkahan menyertai kami .Terlebih hal yang paling penting adalah bagaimana kita menghargai guru-guru kita pada jenjang mana pun. Terimaksih sudah mampir 🙏
HapusHidup guru ... semangat ... belajarlah sepanjang hayat meskipun kita guru ... kadang ada yang memilih menjadi guru biasa saja yang hanya mengajar dan mengajar ... atau mrnjadi guru yang luar biasa apapun bifnag matpelnya dg mengupgrade ilmu selalu ... semangat ...
BalasHapusSemangat... Makasih Bu Devi sudah mampir
HapusAlhamdulillah tabarokalloh...
BalasHapusNovi hebaaaat.... 😍, Evi bangga Lo Vi ... Evi yg tau bagaimana kondisi Novi dulu waktu Qt sama2 berjuang menjadi mahasiswa.. Novi diuji Alloh kesehatannya.. Dan Alhamdulillah sekarang Novi mampu membuktikan kalau Novi memang hebat...😍
Sukses terus yaaa...
Menjadi guru itu sangat mulia, Alhamdulillah Qt bersyukur atas amanah yg Alloh limpahkan pada Qt... Alhamdulillah.. Alhamdulilah...
Semoga Novi sekeluarga, Qt semua selalu terlimpahkan kemuliaan, keberkahan, kesehatan,penuh Rahmat Alloh, aamiin allohuma aamiin 😍
Evi selalu sayang Novi...😍😍
Bu Evi ❤️❤️.. 🙏🙏 Terimakasih banyak untuk kasih sayang dan persaudaraan di UPI 2002... Sayang Bu Evi dan teman-teman lainnya... Barokallah fikum semoga Bu Evi sehat dan keluarga yaa... Dan kita segera tambah momongan lagi...
HapusSemangat, Bu Guru..
BalasHapusSemoga harapan Bu Guru bisa tercapai..
Aamiin Allahumma Aamiin... Terimaksih 🙏🙏🙏
HapusMaa Syaa Allah Kak. Semoga mimpi2nya segera terwujud.
BalasHapusAamiin kak Ratna... Doa yang sama untuk kakak Terimaksih...
HapusAku yang bacanya jadi terharu ka😭..
BalasHapusSemangat terus para guru Indonesia
Semangat.... Terimaksih sudah mampir
HapusSemangat, Mbak. Saya yang juga guru relate banget sama tulisannya Mbak. Dari tadi senyum-senyum aja bacanya.
BalasHapusTapi salut banget sama jenengan, Mbak yang terus semangat dalam belajar, mengembangkan diri, dan terus meningkatkan kompetensi. Kayaknya saya harus berguru pada Bu guru deh, hehehe
Kita sama-sama belajar bareng kak... Itu gunanya komunitas... Terimaksih... Kakak ❤️
HapusSemangat bu, aku mendukung bahwa guru seharusnya adalah guru pembelajar, Tidak ada yang sia-sia, termasuk hasil belajar. Tentunya dengan dukungan keluarga. Insyaallah lelah menjadi berkah
BalasHapusAamiin... Pak Martin, semoga bapak dan mbak Marita juga diberi keberkahan karena kemurahan hati untuk saling berbagi ilmu... Beruntung bisa gabung di kelas blog asuhan beliau
HapusSang Guru yang selalu belajar. MaasyaAllah. Bagiku sebuah prinsip yang mantap nan mantul:)
BalasHapusSemangat selalu sang guru pembelajar. Semoga dedikasimu selalu dirahmati oleh Allah
Aamiin... Doa yang sama untuk kakak
HapusMasya Allah kak Vie
BalasHapussemangat selalu untuk menjadi guru pembelajarnya
Selalu semoga begitu seterusnya
HapusInspiratif sekali kak..kisahnya. Semangat para guru...pahlawan tanpa tanda jasa.
BalasHapusTerimaksih... Sudah mampir
HapusMasya Allaaah... Inspiratif sekali mbaaak...semoga apa yang menjadi do'anya segera Allah kabulkan yaa....
BalasHapusAamiin... Doa yang sama untuk kakk
HapusAku juga di posisi ini kak..
BalasHapusJadi bisa merasakan apa ya kaka rasakan..
Semoga impian kita terwujud..
Aamiin...mari saling menguatkan
Hapus