header Diary Jingga

Sebotol Kisah Haru di Ramadhan Pertama

Posting Komentar

Part 6 ⁣
.
Oleh : Vie ⁣
.⁣
Terpekur menatap nanar Sang cucu yang tengah meringkuk di kasur yang sudah mulai luntur warna dan rupanya. Dia mungkin lelah setelah berjalan dari masjid menuju gubuk reyot miliknya. Yusuf sang pelipur yang selalu mengharu-birukan perasaanya setiap hari tanpa libur. ⁣
.⁣
Genap sepuluh hari, gubuk itu ditinggal penghuninya. Kakek dan Yusuf pamit izin sebentar menengok rumah. Berbenah dari debu yang menumpuk dan laba-laba yang bersarang. Walau rumah itu sudah rapuh .Dia harus tetap merawatnya. Hanya inilah yang bisa ia wariskan untuk cucunya. ⁣
.⁣
Hari sudah menjelang siang, tapi Yusuf tak ada tanda-tanda terbangun. Sejak subuh tadi berangkat, cucunya berkali-kali menguap menahan kantuk. Tak ayal saat melihat kasur, dirinya seperti sungai yang menemukan muara. Lalu berlabuh dan bermimpi. ⁣
.⁣
Dzuhur berkumandang, tapi Yusuf tak kunjung beranjak. Selesai sudah merapikan semua rumput yang mulai tinggi dihalaman. Lantai tanah sudah disapu bersih. Lemari tua sudah dilap dari kepulan debu yang menumpuk. Tapi Yusuf masih lelap tertidur. ⁣
.⁣
Gelisah, dia dekati cucunya. Tampak tidurnya tak nyaman. Dirabanya dahi bocah itu,  panas. Hati kakek semakin gelisah. Tiba-tiba dia menyesal menolak pemberian uang dari pa haji tadi subuh. Padahal dia tak punya pegangan sama sekali. ⁣
.⁣
Tadinya dia pikir untuk apa uang. Segala kebutuhannya sudah dicukupi pak haji. Yusuf pun tak pernah kekurangan makanan. Dia tidak berpikir bahwa cucunya bisa saja sakit seperti sekarang, dan dia harus segera membawanya ke dokter. ⁣

.
Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar