header Diary Jingga

Sebotol Kisah Haru di Ramadhan Pertama Part 4

2 komentar

Part 4 Stoples Yang Tertukar
.

Oleh Vie
.

Hari ini Yusuf senang sekali karena diajak Bi Ijah ke pasar. Wanita separuh baya itu  pembantunya pak haji.

“Suf, nanti kalau di pasar jangan jauh-jauh dari bibi ya” Yusuf mengangguk patuh.
.

Hari menjelang siang saat  tiba di pasar. Hiruk pikuk orang berbelanja macam-macam bahan makanan. Ada juga yang belanja barang. Yusuf sangat antusias karena baru pertama kali ikut ke pasar.

“Bi, itu apa?” sesekali dia menunjuk sesuatu yang menarik perhatiannya.

“Kalau itu bisa dimasak?” lanjutnya pada deretan bahan makanan seperti sosis, nugget dan makanan siap saji lainnya.

“Yusuf mau? Bibi beli ya, nanti dimasakin buat sahur” Yusuf tertegun lagi, dia ingat pesan kakek tak boleh minta-minta sama oranglain.

“Nggak Bi, aku Cuma nanya aja. Baru lihat soalnya”
Bi Ijah tersenyum sambil mengusap kepala Yusuf, lalu membeli beberapa bungkus.

Baru beberapa hari saja kenal yusuf,  dia sudah sangat sayang pada anak itu.

“Bibi, beli buat siapa? Yusuf ga mau kok” katanya polos melihat Bi Ijah membeli beberapa bungkus makanan bulat panjang yang kata Bi ijah itu sosis itu. Dia merasa gak enak.

“Bibi, disuruh bu haji beli” berbohong. Padahal dia menyiapkan itu untuk sahur Yusuf.

“Ohh”

***

Sudah lengkap belanjaan di pasar. Bi Ijah mengajak Yusuf masuk sebuah minimarket.

Yusuf masuk dengan semangat. Dia ingat minimarket ini tempat dia membeli sirup. Bi Ijah hanya tersenyum melihat tingkah yusuf yang celingukan. Dia seperti sedang mencari-cari seseorang.
.

“Yusuf mau beli apa?Bilang sama bibi nanti dicarikan”

“Nggak, Bi. Yusuf cari mbak baik”

“Mbak baik siapa, Suf?

“Dulu, aku dikasih permen Bi. Aku ingat tokonya ini. Tuh merknya sama” Tunjuk Yusuf pada logo minimarket tersebut.

“Toko kayak gini banyak, Suf. Mungkin Mbak baik bukan di toko yang ini”

“Dulu aku masuk toko ini sama kakek, Bi. Tokonya dekat pangkalan becak kakek.”

“Ohh, bukan yang ini suf. Toko itu ada di seberang pasar . Yusuf mau ke sana? Hayu Bibi antar.”

Yusuf menggeleng tidak enak.

“Ya udah yuk masuk. Bu haji minta dibelikan beberpa kue kaleng dan beberapa buah stoples” Yusuf patuh mengikuti bi Ijah.
.

Dia sangat tertarik pada stoples kue kaleng bergambar satu keluarga sedang duduk menikmati kue dan tertawa. Yusuf tertegun teringat mimpi yang lalu. Benarkan mereka ayah dan ibunya. Kenapa mereka meninggalkannya. Kakek bilang ayah dan ibu ada di surga sama Gusti Allah.
.

Tak lama, dia beralih pada gambar piring kue beraneka ragam tersaji di tengah keluarga itu.

‘Stoples kue kaleng itu pasti berisi berbagai jenis kue ini. Enak sekali pasti rasanya’ batin Yusuf berdialog. Sedang mulutnya mulai berdecak karena membayangkan rasa kue tersebut.
.

Sementara itu bi Ijah baru selesai dan memanggil Yusuf.

“Suf, bisa minta tolong ambilkan stoples kue kaleng seperti ini lagi” kata bi Ijah di ujung rak sambil memperlihatkan bawaannya.

“Yang mana, Bi?

“Itu yang segi empat kalengnya, berat tidak? Kalau tidak bisa, biar bibi ke sana ambil”

“Bisa kok, Bi” Jawab Yusuf cepat .

***

Menjelang dzuhur mereka baru kembali dari pasar. Yusuf kecil terlihat lelah.

“Yusuf  kalau mau buka, boleh kok” Kata Bi Ijah setelah sampai di dapur.

“Nggak boleh, Bi” sahutnya sembari menggeleng cepat.

“Kalau tidak kuat, anak-anak boleh berbuka kok”

“Yusuf kuat, Bi” katanya. Namun, dia menelan ludah menahan haus yang begitu melanda.

“Ya, sudah Yusuf bobo saja nanti setelah dzuhur ya”

“Yusuf mau cari Kakek, Bi” katanya pamit. Bi Ijah hanya mengangguk seraya tersenyum.

“Suf, kalau kamu mau  buka. Kamu ke sini aja ya, Le. Nanti Bibi buatkan sirup kalau kamu ga kuat”

Sementara Bi Ijah berteriak. Yusuf hanya mengangguk tanpa menoleh. Godaan yang berat memang untuk anak sekecil Yusuf. Makanya Bi Ijah tidak tega sama dia. Tapi apa boleh buat, pak haji suruh bawa Yusuf ikut Karena Kakeknya menemaninya dan bu haji untuk belanja keperluan lebaran.

***

Yusuf memasuki ruangan kecil yang menjadi kamarnya dengan kakek tepat di belakang mimbar masjid . Ruangan berukuran empat  kali empat meter itu  tampak sepi.

“kakek kemana, Yah?” bisiknya. Niat hati mencari Kakeknya tapi rasa lelah begitu melanda.
.

Selintas dia berpikir untuk buka saja. Tapi dia tidak berani tanpa seizin kakek. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Berharap pas bangun kakeknya telah pulang.
.

Anak itu meringkuk sendiri di dalam ruangan itu. Rasa haus begitu melanda membuatnya tak bisa tidur. Belum lagi gambar kue dalam stoples menari-nari di matanya.
.

Tiba-tiba adzan berkumandang dari masjid seberang kampung. Dia melompat hampir terjatuh. Segera dia ambil wudhu lalu secepatnya mengumandangkan adzan dzuhur.
 .

Selesai sholat, Yusuf masih tak menemukan kakeknya. Dia memilih tidur berselimutkan harapan akan kepulangan kakek dan bisa makan biskuit dalam stoples kaleng gambar kelurga bahagia itu.

***

Sore hari Yusuf kembali ke dapur menemui Bi Ijah Selepas sholat ashar. Dia membantunya menyiapkan berbagai penganan buat takjil di masjid. Matanya sering melirik stoples kue itu di atas meja makan.
.

“Suf, hari ini Bibi buat ketupat sayur buat buka puasa loh”

“Iya, Bi” jawab Yusuf lesu

“Kenapa, lemes? Yusuf  gak kuat? buka ya”

“Bukan, Bi. Yusuf ingat kakek”

“Olah Bibi lupa. Kakekmu ikut ke kota sama pak haji dan Buhaji. Mau belanja sarung katanya.

“Jauh ya, Bi?”

“Iya jauh. Tapi sebentar lagi juga pasti pulang, kan pakai mobil pak haji."

“Kok aku ndak diajak toh”

“Kamu kan pergi sama bibi”  Yusuf hanya mengangguk tanda mengerti.
.

Jika boleh memilih, dia tak ingin sama bi Ijah. Dia ikut saja sama kakeknya seberapa jauh pun. Asal tak sendiri. Dia ketakutan jika jauh dari kakek.

“Nah, daripada ngelamun. Kamu bawa itu stoples kaleng ke masjid ya. Bibi mau bawa sayur dan ketupatnya.” Seru Bi Ijah mengagetkannya.

“Yang itu, Bi?” Tanya Yusuf semangat. Bi Ijah hanya mengangguk tak paham isi hati Yusuf. Dia hanya tersenyum yang melihat tingkahnya dari yang tadinya kuyu menjadi sumringah.
.

Menjelang maghrib seperti biasa Yusuf sholawatan di masjid. Lalu mengumandangkan adzan dengan merdunya. Kakek sudah ada di masjid saat dia kembali dari rumah pak haji membawa stoples kaleng biskuit. Bi Ijah mengekori di belakangnya saat itu.
.

Yusuf tak sabar membuka stoples itu. Selesai minum lalu sholat. Yusuf segera memaksa kakeknya untuk membuka stoples itu karena dia tak bisa bukanya.
Kakek hanya mengangguk sesekali tersenyum menanggapi ceritanya di pasar tadi.

“Ayo Kek, cepat buka” seru Yusuf tidak sabar.

“Iya Le, Sabar. Emang opo toh Le isinya” jawab kakek terkekeh

“Itu yang kayak di gambar. Ada kue coklat isinya” jawabnya antusias.

“Blak” Stoples kaleng terbuka. Kakek tertegun melihat isinya

“Mana sini Kek, aku mau”

“Ini isinya bukan biskuit Le, ini kerupuk buat teman soto.”

Yusuf menarik tangannya. Tak jadi menginginkan isi stoples kaleng itu. Harapannya terbang sudah. Kue coklat yang manis dan legit hanya jadi angan-angannya.
.

Sukabumi, 07 Ramadhan 2020

Terkadang apa yang kita anggap biasa, mungkin mewah bagi yang lain.

#RWCODOP2020
#RwcDay7
#OneDayOnePost
#Ramadhan2020


Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar