header Diary Jingga

Surat Terbuka Untuk Siswaku

2 komentar

 Catatan kecil Noviyani~Vie



Rasanya sudah terlalu lama pandemi ini menjadi jarak yang berarti antara kita, Nak.

Tak ku dengar lagi suaraku teriak. 

Tak kurasa lagi sentuhan salam santun setiap pagi diiringi doa keselamatan untukku.

Bahkan layar ini terlalu datar sedatar wajahku tanpa bisa menepuk pundakmu memberi semangat. 


Nak, setahun sudah kita dalam keterbatasan. Bahkan kini, kau sudah bosan protes dan bertanya kapan masuk sekolah. Mungkin kau lelah bertanya, sama aku juga. Tapi percayalah semua demi kebaikanmu. Tak ada yang menginginkan keadaan ini. 


Selama puluhan tahun mengajar, baru tahun ini aku merasa gagal jadi guru. Pertemuan yang singkat dan terburu-buru. Sapaan yang flat setiap pagi lewat jemari. Sekalinya bertemu di layar kaca kalian pun banyak yang sembunyi. Sinyal ga kuat Bu, izin matikan video. Aku tersenyum, dan percaya kau masih di sana saat sekuat dan semampuku menyampaikan ilmu. Menghalau prasangka kau sedang terkantuk-kantuk, atau asik dengan game dan medsosmu.


Saat aku menapakkan kaki di pelataran rumahmu. Bahkan ibumu pun kebingungan kau sedang belajar di mana. Kelasmu begitu luas hingga tak terjangkau oleh pandangan ibumu. Apalagi aku. Entah apa yang kau cari di luar. Mungkin belajar mempraktekkan gerak lurus dengan motormu yang stangnya baru bisa kau gapai.  Atau kau berlari maraton mempraktekan pelajaran olahraga saat ayahmu mengejarmu karena kau lupa waktu sholat. 


Ada juga yang mempertahankan kelebaman tubuhnya hanya dengan terpaku menatap layar persegi dari subuh menuju subuh lagi. Ibu tiada, ayah pun bekerja. Tugas daring hanya selingan di antara serunya permainan. 


"Bagaimana aku mengerjakan tugas, mengerti saja tidak. Guru hanya memberi tugas tanpa menjelaskan." Gerutumu dalam hati. 


Maafkan kami, Nak. Tidak semua dari kami siap dengan tekhnologi. Tidak semua dari kami siap dengan strategi. Ada yang siap dengan berbagai bentuk Strategi pembelajaran. Mendatangi rumah ke rumah. Menyelenggarakan kelas daring. Menggunakan berbagai aplikasi belajar. Atau bahkan ada yang mengajarmu, sambil menemani anak-anaknya belajar, mencuci pakaian bahkan sambil memasak. Karena jam kerja tidak lagi teratur pagi sampai siang. Terkadang sebelum kantuk menyerang kamu baru mengirim laporan pembelajaran. Jadinya kami rekap tengah malam sambil terkantuk-kantuk. 


Idealnya memang kita harus satu frekuensi, Nak. Kau tetap semangat belajar, kami semangat mengejar. Ya,  mengejar. Bukan hanya mengajar. Kami harus siap mengejar perubahan. Perubahan mood belajarmu, perubahan kebijakan, dan perubahan lain yang sifatnya dinamis. 


Akhirnya, karena aku bukan guru yang baik. Karena aku juga bukan walikelas yang baik. Mohon maafkan segala kurangku dalam menjalani amanah ini, Nak. Mohon maaf jika tidak semua diri tersiram motivasi. Tidak semua raga menimba lezatnya ilmu. Mohon maaf karena tak sempurna menjalankan amanat orangtuamu.


Tetaplah melangkah mencapai putih-abu. Mungkin di sini tidak sempurna tapi masa depanmu akan sempurna. Jiwamu akan berkembang. Pengalamanmu akan bertambah. Dalam hitungan bulan kau akan melangkah ke jenjang berikutnya. Tetap semangat menggapai mimpi, Nak. Karena kelak kalianlah yang akan mengarahkan nasib bangsa kita ke depannya. Kalian harus tetap ada, kalian harus tetap sehat. Karena kalian aset bangsa yang tak ternilai harganya. 


Salam sayang dari gurumu yang tak sempurna, untuk anak-anakku kelas sembilan. (Noviyani)

Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

There is no other posts in this category.

2 komentar

Posting Komentar