header Diary Jingga

Assesmen Peserta Didik di Masa Pandemi

2 komentar

 

Surat cinta untuk guru adalah sebuah metode Assesmen Peserta Didik di Masa Pandemi. Di mana guru melakukan pendekatan kepada siswa yang belajar jarak jauh sebagai upaya identifikasi awal untuk mengetahui kebutuhan belajar siswa. 



Surat Cinta Sebagai Metode Assesmen Peserta Didik di Masa Pandemi

Bulan ke tujuh pandemi corona virus diseae 2019 atau yang dikenal covid-19 telah berlangsung. Saat ini bulan Juli, pemerintah telah menetapkan 13 Juli sebagai awal masuk tahun pelajaran baru 2020/2021. Sebelumnya tersiar kabar simpang siur tentang agenda  awal tahun pelajaran yang akan berubah ke bulan Januari 2021. Namun, kabar itu terbantahkan saat surat keputusan empat menteri turun. 

Juli tetap menjadi awal tahun pelajaran baru. Seluruh peserta didik pun dianjurkan untuk masuk sekolah serentak pada 13 Juli 2020. Namun, tidak berangkat ke sekolah. Tidak memakai seragam, sepatu dan tas baru. Mereka tetap di rumah.  Di atas tingkat satu pada masing-masing satuan pendidikan melanjutkan belajar di rumah dengan kelas dan walikelas baru sebagai pembimbing. Sedangkan, untuk tingkat satu MI, MTs maupun MA/MAK sederajat mengikuti masa ta’aruf madrasah (Matsama) secara daring tentunya. 

Gaung kebingungan pun menggema seantero Indonesia. Bagaimana dan dari mana harus memulai kini. Setelah tiga bulan sebelumnya mendidik dengan seadanya dan sebisanya karena di desak keadaan tanpa persiapan. Tahun ajaran ini, tidak boleh lagi tidak siap. Siap atau tidaknya harus siaga mencari berbagai strategi untuk menangani  keadaan dan menyelamatkan masa depan pendidikan. 


Adalah saya, Noviyani,  salah satu orang yang kebingungan itu. Kembali mendapat amanat sebagai walikelas di tahun pelajaran baru. Didera tanda tanya besar, bagaimana saya bisa membimbing mereka sedang tatap muka saja tak bisa. Jika sebagai guru IPA saya tidak terlalu kesulitan mengajar, lain halnya dengan mendidik anak. Jelas tak bisa dilakukan dengan jarak jauh. 

Temuan-temuan di rumah mereka hanya orangtuanya lah yang tahu. Syukur kalau orangtuanya sabar dan mau mendengar. Bagaimana jika orangtuanya adalah ibu bekerja dan ayahnya juga sudah pasti. Lalu bertambah masalah lagi jika si ibu tak punya kesabaran dan si ayah tak punya waktu. Maka yang terjadi adalah anak-anak yang kian hari kian depresi. Lalu lari lah pada keadaan yang semakin buruk seperti kecanduan game dan main di luar dan lupa waktu. 

Itu hanya masalah yang ada dipermukaan, kenyataannya adalah lebih komplek. Belum lagi anak-anak dengan kebutuhan khusus tentu mereka memerlukan perhatian khusus pula.  Hal inilah yang mengganggu saya, mencoba mencari solusi atas tantangan ini. 

Sebagai walikelas, mutlak bagi saya untuk melakukan proses identifikasi pada peserta didik. Informasi dan data awal mereka ibarat keluhan dalam dunia medis yang harus dicatat supaya kita  bisa memberikan dosis dan obat yang tepat untuk mengatasinya. Kita tahu, kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit dan kesalahan pemberian resep obat bisa berakibat hilangnya nyawa seorang pasien dan dokternya dianggap malpraktek. 

Begitu pula tugas seorang walikelas terhadap peserta didiknya.  Jika salah dalam proses identifikasi dan yang paling fatal dalam penanganan ini akan lebih berbahaya dari kematian. Kesalahan dalam diagnosis pendidikan menjadikan  tidak terpenuhinya kebutuhan peserta didik. 

Akibat yang muncul bisa saja permanen. Bukan fisik melainkan mental yang mungkin bisa terserang. Akibatnya anak akan merasa minder berkelanjutan. Itu hanya salah satu contoh kecil saja. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya cenderung mencari pelampiasan dalam bentuk kenakalan. 

Masalah-masalah yang dialami saat di rumah tersebut harus segera terurai. Hal ini bukan hanya tanggung jawab orangtua tapi juga kami sebagai guru. Walaupun keadaannya yang sedikit berbeda bukan berarti tidak ada jalan keluar. Sebagai walikelas, saya merasa harus menyelamatkan anak-anak saya dari berbagai masalah yang dialaminya. Mungkin tidak semua teratasi paling tidak kehadiran kita ada buat mereka. Lalu bagaimana caranya? 

Salah satu cara yang saya pakai dengan menggunakan surat sebagai media  untuk komunikasi. Beberapa hal yang penting dan sangat bermanfaat dari menulis surat dapat diuraikan sebagai berikut : 

Dapat Mengekpresikan berbagai perasaan 

Melatih daya kreatifitas anak dalam menulis

Sebagai Self healing 

Melihat dari beberapa manfaat yang bisa diambil dari kegiatan menulis surat maka saya mencoba menggunakan media ini untuk diterapkan dalam proses identifikasi siswa. Lalu bagaimana cara memulainya. Saya sendiri awalnya merasa pesimis ini dapat berhasil. Tapi sebagai guru terutama walikelas saya harus mencoba, terlepas bagaimana nanti berhasil atau tidaknya tinggal evaluasi. 

Pada tahap awal saya mengumpulkan informasi umum terkait siswa. Dari mulai data keluarga, tempat tinggal dan yang paling penting adalah nomor kontaknya. Setelah data awal terkumpul maka itu yang akan dijadikan pegangan. Sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya. Pada tahap ini tidak ada tatap muka dengan siswa. Semua data diambil dari pendaftaran siswa baru atau walikelasnya terdahulu. 

Setelah mendapat data mentah, saya coba petakan potensi dan kendala dari masing- masing siswa. Selanjutnya melakukan kunjungan ke rumah siswa, bagi yang tidak terjangkau internet atau yang tidak memiliki gawai. Pada tahap ini dilakukan pendekatan dan perkenalan secara personal. Sebagai dasar untuk tahu tentang kebutuhan siswa. Dalam proses ini, pendekatan kita sebagai walikelas menjadi sangat penting. Cara yang dilakukan yaitu dengan menulis surat sederhana yang berisi perkenalan singkat tentang dirinya masing-masing. 

Tantangan yang ditemui memang tidak mudah. Tidak semua siswa mau terbuka. Belum lagi rasa malas untuk menulis tentu salah satu penyebab siswa tak menulis surat untuk saya. Dalam tantangan pertama, siswa diminta menulis tentang dirinya pada selembar kertas. Lalu suratnya difoto kemudian dikirim melalui nomor pribadi saya. Dengan begitu saya tahu lebih banyak informasi tentang siswa-siswi dan mencatat hal-hal penting dalam diri siswa. 

Tidak semua siswa mempunyai gawai. Sebagian siswa tidak memiliki akses internet dan atau tak punya gawai sama sekali. Maka hal yang kemudian dilakukan adalah melakukan kunjungan secara langsung. Menjemput dan mengantar surat balasan pada siswa menjadi hal yang kemudian menjadi hiburan tersendiri. Jika waktu luang maka surat akan dibalas secara langsung. Tapi jika kesibukan mulai menggunung maka surat akan disortir, mana yang harus segera ditangani atau dibalas. Jika membalas tidak memungkinkan maka saya coba untuk menghubungi langsung melalui telepon atau video call.

Dalam perjalanan waktu rutinitas ini menjadi sangat menyenangkan. Beberapa hal positif terjadi setelah siswa rutin menulis surat kepada saya walikelasnya. 



Saya melihat siswa-siswi lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Dari guru mata pelajaran mendapatkan  laporan kehadiran mereka meningkat pada masing-masing pembelajaran daring. 

Whatsapp group kelas lebih hidup karena interaksi mereka lebih ceria.

Ada ikatan hati antara saya sebagai walikelas dengan individu masing-masing 

Semakin hari semakin banyak halaman yang ditulis oleh siswa. Mereka lebih terbuka akan perasaannya. Hal ini sangat positif sebagai terapi self healing  (mengobati diri sendiri secara kejiwaan) 

Kebutuhan akan minat dan bakat siswa dapat teridentifikasi.Selanjutnya lebih mudah memetakan dan mengarahkan siswa dengan informasi yang cukup. 

Pada akhirnya saya berharap surat cinta untuk guru ini dapat dibaca dan bermanfaat bagi guru, orangtua dan khalayak umum lainnya. Secuil kisah dari anak, mungkin akan membuat kita memahami banyak hal tentang dunia pendidikan di Indonesia. Mulailah dari diri sendiri untuk membuat perubahan itu sendiri.


Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

2 komentar

  1. kren dan kreatif bu, bisa memotivasi guru-guru lainnya ! Salam kenal dari Guru Ataya !

    BalasHapus
  2. Terimaksih pak... Aamiin... Salam kenal juga pak 🙏🙏

    BalasHapus

Posting Komentar