F O K U S

Saat dalam waktu bersamaan semua mendesak. Aku ingin teriak. Tidak mengerti kah? aku juga butuh ruang untuk sekedar tarik nafas dalam-dalam. Tapi aku kembali tergugu. Ini konsekuensinya. 

Saat tubuh ingin pasrah. Hati maunya menyerah hanya bisa mengandalkan otak untuk tetap realistis tanpa emosi. Fokus,  lalu fokus, kemudian fokus. 

Lalu aku menarik nafas panjang. Mencoba mengurai setiap benang. Berharap kekacauan ini berangsur. Tapi aku ingin pulang sekedar merebahkan badan dari kepenatan. 

Hingga aku merasa lupa jalan. Limbung dipersimpangan, antara lanjut atau berhenti dulu atau malah aku berbalik arah. 

Ayolah sudah sejauh ini kau pergi. Sebuah bisikan menamparku. Mau kau sia-siakan tenaga, waktu dan pikiran? Kembalilah pada tujuan. Katanya melunak. 

Sedang aku tertunduk malu. Ingat pada awal yang menggebu. Lalu luruh dalam doa, aku harus kuat dan fokus pada tujuan. Bukankah setiap jalan ada kerikil yang menyertainya. Tinggal disingkirkan atau abaikan.