header Diary Jingga

Balas Dendam dari Kegagalan (part 2)

17 komentar

Desain by Canva

Part 2

Waktunya Balas Dendam! 

Pagi itu menjadi pagi yang baru bagiku. Entah mengapa semangatku meletup-letup. Tak seperti biasanya yang mandi siang di jam setengah tujuh dan tak lupa bawa jam tangan ke kamar mandi, hari ini tumben aku mandi sehabis sholat subuh. 

Ku lihat ibu sedang mencuci piring-piring kotor di dapur. Ibu biasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Tak pernah memintaku membantu. Aku saja yang tak tahu diri. Anak perawan hanya bisa makan dan tidur saja. 

Hari ini berbeda aku merasa iba pada ibu. Masa iya wanita yang menghabiskan waktu di negeri orang, berlelah-lelah di bawah telunjuk orang, masih aku biarkan juga bekerja di rumahnya sendiri. Rumah yang dia bangun dari darah dan air mata kerinduan pada keluarga. 

"Bu, aku bantu ya" 

"Gak usah, nanti kotor lagi. Kamu siap-siap sekolah saja." Ahh, Ibu selalu begitu merasa kuat mengerjakan apa pun sendiri. 

"Aku buat sarapan saja ya, Bu. Nasi goreng" lanjutku. Ibu hanya mengangguk.

Aku dan ibu dipisahkan oleh jeda waktu yang tercipta antara kami. Aku tak begitu nyaman cerita pada ibu, pun beliau seperti tak begitu mengenalku. Andai saja bencana keluarga itu tidak datang, mungkin ibu tak perlu menjadi babu. Dan aku tidak merasakan kehilangan berkepanjangan.

Dulu sekali saat usiaku belum genap lima tahun, ibu telah meninggalkan aku dalam basahnya embun subuh. Aku bahkan belum mengenal arti sebuah perpisahan. Saat keluarga kami dililit hutang yang sangat besar akibat penipuan rekan kerja bapak. Ibu ambil bagian menutup hutang bank dengan pergi ke negeri orang, sedang bapak sakit-sakitan. 

Dua tahun kemudian bapak menyusul ibu. Kami tiga bersaudara seperti yatim piatu. Satu di nenek, sedang aku dan kakak tertua di asuh oleh kakaknya ibu yang seorang janda. Masa kecil yang cukup rumit untuk kulalui. Kelas satu SMA aku baru merasakan lengkapnya keluarga yang utuh. Terbayang kan, jeda yang tercipta antaraku dan ibu. 

***

"Vie... Ada pemilihan kandidat OSIS" sahabatku Neng, membuyarkan lamunan pagi itu. Aku hanya menoleh sekilas tak begitu tertarik. 

"Kamu sudah didaftarkan" lanjutnya

"Mimpi aja ahh, masa iya aku bisa masuk OSIS, ekskul saja cuma rohis, itu pun cuma anggota" kataku merasa minder.

"Ya, justru itu. Dari ekskulmu belum ada. Mau ya. Kelas kamu juga belum ada perwakilan?"  bujuknya lagi. 

"Terus, kamu juga ikut?" 

"Nggak, aku mau jadi ketua MPR saja, mewakili rakyat, kamu jadi presidennya ya. Hahaha" katanya semangat

"Ngaco kamu, mimpi kalau aku jadi ketua OSIS. Kalau kamu jadi ketua MPK ya mungkin, kamu kan ceriwis banyak gaul hehehe" 

"Ya elah Vie... Ga ada yang tak mungkin. Kamu pintar dan bisa bagi waktu." 

"Tapi ingat, aku kuper. Lagian mana ada ketua OSIS perempuan. Di mana juga biasanya laki-laki" 

"Dasar ratu kuper" ledeknya sambil lalu, sedang aku cuma nyengir. 

"Aku sudah daftarkan nama kamu. Besok siap-siap wawancara!" teriaknya tak peduli.

Gambar : Disdik kab. Bekasi 

Keusilan dialah yang menjerumuskanku pada dunia baru. Dunia penuh mimpi dan ambisi. Kurubah persepsi. Masih kuingat nasehat-nasehat di sidang keluarga malam itu. Bapak sudah memberi ruang. Tinggal aku balas dendam akan kegagalanku masuk SMA favorit.  

Jika aku tidak bisa masuk SMA favorit memang kenapa? Aku akan jadi siswa favorit di sekolahku kini. Aku harus balas dendam dari kegagalanku. Nasi sudah jadi bubur. Maka aku harus jadikan bubur ayam spesial. 

Tahun 2001, SMA kelas dua aku menjadi ketua OSIS perempuan kedua sepanjang sejarah sekolahku. Hanya ada satu ketua OSIS perempuan sebelumnya, itu pun dulu sekali.  SMAN I Cisaat Kabupaten Sukabumi menjadi nama belakang dari prestasi seorang siswa  bernama Noviyani. 

Jika awalnya aku tidak percaya diri bertemu teman SMP dan sahabatku karena tidak sekolah di kota bersamanya. Sekarang mereka berdecak setelah tahu aku ketua OSIS. Selalu Aku bawa nama sekolahku ke mana pun aku pergi. 

Hampir tiap bulan aku pergi mengikuti kegiatan. Dari tingkat kabupaten sampai nasional. Beberapa kali menang lomba menulis. Bahkan nama dan fotoku pernah tersemat dalam koran harian yang selalu singgah di kantor TU. Membuat kepala sekolah bangga padaku. Tahun itu juga aku terpilih menjadi siswa teladan di kabupaten Sukabumi. 

***

Wahh part ini sudah dulu ya... Cukup berbunga-bunga nulisnya 😀. Takut lupa waktu, kepengen balik ke masa itu wkwkwkwk

Jalan tak selalu lurus, banyak kerikil yang menghalangi. Begitu pun kisahku. Ini bukan akhir tapi aku mendapati lagi kegagalan lain di balik kesuksesan aku sebagai siswa. Tunggu part selanjutnya, siapkan tisu. 

Begitulah hidup kadang seperti mimpi. Ada kalanya indah. Tidak jarang juga kita mendapati mimpi buruk. 

Makasih loh udah meluangkan waktu membaca kisahku. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar yaa... Agar semangat nulisnya 😀🙏🙏



Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

17 komentar

  1. Ditunggu part selanjut kak Vie.

    Akhirnya Vie bisa membalaskan dendam.

    BalasHapus
  2. Aku sempet berfikir kalau balas dendamnya akan melakukan hal buruk mbaak..ehehehe

    BalasHapus
  3. Yaa Allah Kak, seneng banget bacanya... Uuuu menginspirasi. Deuh disuruh nyiapin tisu, seakan disuruh siap-siap buat nangis tersedu-sedu.... Aaaa harus nyiapin mental dulu buat part selanjutnya...

    Suka banget sama tulisannya♡

    BalasHapus
  4. unbelievable teh ceritanya... bisa jadi novel nih. can't wait. hayu atuh ameng ka pasir datar... hehe

    BalasHapus
  5. Siapp begitulah hidup penuh kejutan... Siap nanti nyari lalab ke sana

    BalasHapus
  6. Vie...thsnk you so much aq ad d balik tulisan mu...jd kangen masa 2 smu dulu..next part 3 ...when?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah nengok saksi hidup perjuangan hahaha

      Hapus
  7. Penasaran lanjutannya, setia menunggu

    BalasHapus

Posting Komentar