header Diary Jingga

Sebotol Kisah Haru di Ramadhan Pertama (Part 2)

2 komentar

Foto : pixabay.com

Oleh : Vie 


Kaki kecil itu terseret-seret. Sendal yang digunakan sudah sangat tipis dan berbolong. Sementara jalan bebatuan kerikil menusuk telapak kaki.

.

"Tunggu Kakek, Le!" Seorang Kakek terengah menyusul dari kejauhan. Bersarung coklat pudar. Berpeci hitam bludru yang sudah usang.

"Ayo, Kek. Nanti keburu adzan" bocah itu memperlambat jalannya.

"Yo nda apa-apa to, Le" masih terengah.

"Nanti gak kebagian kolak toh, Kek"

"Ndak apa-apa. Bukan rezekimu itu berarti".

.


Adzan Maghrib berkumandang. Bukan berlari bocah kecil malah beringsut terduduk. Jarak ke masjid masih setengah perjalanan lagi.

"Loh, piye to. Kok malah duduk"

"Capek Kek, nanti kita kebagian kolak ga ya"

Mendengar itu, memanaslah pupil mata renta itu. Dia merasa tak berguna menjadi wali dari cucu satu-satunya ini.

.

Sejak kepergian kedua orangtua Yusuf. Dia sendiri yang merawatnya. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Sedang ayahnya meninggal setahun kemudian tertabrak truk oleng saat mengayuh becak.

.

Sementara Si nenek juga telah berpulang. Tinggal dia dan cucu kesayangannya itu yang kini berusia 5 tahun. Sesak hatinya belum bisa membahagiakan cucunya itu.

.

"Itu ada rumah, kita minta minum dulu ya"

Yusuf kecil mengangguk. Tadinya dia sudah memikirkan buka dengan sirop yang manis dan segar. Tapi apa mau dikata. Kantong berisi sebotol sirop itu pecah di jalan saat dia terjerembab jatuh saat turun dari becak.

.

Terlalu semangat membuat kakinya terantuk batu lalu terbang lah botol sirup itu dan pecah berkeping bersama lelehan merah yang batal melewati kerongkongannya. Sedang sisa permennya tergilas sepeda motor yang lewat.

.

"Assalamualaikum" sapa suara renta itu ragu mengganggu yang punya rumah.

"Waalaikumsalam" tampak seorang wanita tua keluar dari rumah.

"Bu, bolehkan kami meminta satu gelas air putih untuk berbuka?"

"Ohh iya pa, sebentar" wanita tua itu masuk. Ingin rasanya memberikan lebih untuk kakek dan cucunya itu tapi dia pun tak punya apa-apa untuk berbuka. Suaminya terbaring sakit sejak sebulan yang lalu. Hanya bisa menyambung hidup dari sisa beras yang ada.
.

Kakek dan Yusuf menerima dua gelas itu dengan cepat. Tak lupa doa buka puasa ia lantunkan dengan khusu, Yusuf mengikuti.


"Kami pamit Bu, terimakasih" Si kakek menyerahkan dua gelas itu pada empunya. Wanita tua itu hanya mengangguk haru.
.

"Kek, Aku lapar"

"Iya sabar ya Le. Semoga di masjid masih ada sisa takjil"

Yusuf mengangguk lalu mempercepat langkahnya. Ia lupa lelahnya. Lupa pada kakinya yang mulai sakit tertusuk batu. Ia hanya ingat akan kolak pisang atau gorengan yang biasa tersaji di masjid saat buka puasa. Tapi itu harus cepat. Tahun lalu Ia pernah tak kebagian lantaran datang terlambat.

.

Sampai di masjid semua orang sudah bersiap untuk sholat Maghrib berjamaah. Tak ada takjil tak ada minuman. Semua sudah dirapikan entah sudah habis.

.

Banyak anak-anak seusia Yusuf yang tampak bergurau di masjid menunggu sholat dimulai. Mereka berjajar di shaf paling belakang. Masih dengan canda dan tawa anak seusia mereka. Pakaian Koko mereka bersih, sarung dan peci yang dipakai juga masih terlihat bagus. Beda jauh dengan dirinya.

.

Setelah wudhu Yusuf berdiri di samping kakeknya. Dia lemas, tapi kakek minta untuk tetap di sampingnya. Bunyi perut keroncongan menghiasi sholat mereka. Tak terasa kaca di netra sang kakek pecah. Saat bermunajat dalam sholat pada Gusti Allah.

.

Selesai sholat magrib. Keduanya tak lekas pulang. Sambil menunggu waktu sholat  tarawih Sang kakek membaca Alquran sedang Yusuf kecil meringkuk dipangkuan berharap ayat-ayat suci menghilangkan laparnya.

"Kek, lapar" lirihnya.

Si kakek mengitari masjid berharap menemukan makanan di sudut-sudut masjid.

.

Masjid sepi. Semua orang pergi ke rumah untuk melanjutkan berbuka puasa dengan masakan yang dihidangkan di rumah masing-masing. Hatinya perih melampaui rasa perih perutnya.

.

Apakah dia harus meminta makanan ke salah satu rumah. Ah rasanya malu sekali harus mengemis. Tapi sepertinya akan dia lakukan jika cucunya merengek lagi.

.

Sesaat dia akan beranjak dari duduknya. Namun, dilihatnya sang cucu tengah terlelap tidur. Hatinya sedikit tenang. Mudah-mudahan dia terbangun saat sholat tarawih selesai. Biasanya saat tadarus bersama akan ada hidangan  yang disiapkan.







Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

2 komentar

  1. Ya Allah... 🥺 ingat kakek. Jaman saya kecil, kakek suka bawain kue semprong, hidangan tajil dr masjid

    BalasHapus
  2. Semoga sehat selalu, jika sudah wafat alfatihah untuk beliau 😢 saya sudah tak berkakek nenek dari dua belah pihak

    BalasHapus

Posting Komentar